Sekitar pertengahan 2011 saya melihat karyanya terpampang di beberapa jalanan di Bandung, sempat terbersit bahwa suatu hari saya harus berkolaborasi dengannya dalam sebuah pameran tunggal, memerlukan waktu selama 4 tahun untuk mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan.
Pertama melihat karyanya, saya selalu tertarik dengan bentuk geometisnya yang ditransformasikan menjadi sebuah sosok atau watak. Dan sejauh saya mengenal Adi, karyanya hampir tidak pernah jauh dari idiom musik hip hop, baginya hip hop adalah pemicu terbesarnya sekaligus inspirasinya dalam berkarya. Berlatar belakang seorang seniman graffiti, kini Adi mulai menjelajahi kemungkinan lain dimana dia bisa menguasai dan bermain dalam sebuah ruang.
Menjadi seseorang yang juga menggeluti dunia hiphop, Adi tentu saja fasih dan mengenal modus atau istilah teknis dalam menciptakan sebuah lagu. Metode penciptaan visualnya merujuk dan menggunakan kerangka atau cetak biru yang dia dapatkan di kepalanya saat membuat sebuah untuk beat atau lagu.
Untuk membuat karyanya menjadi sebuah komposisi yang utuh, Adi menggunakan teknik chopping (memotong) dimana sebuah piece yang utuh diambil dan dipotong menjadi penggalan yang lebih pendek. Proses ini mencerminkan sebuah fleksibilitas dimana penggalan-penggalan tersebut memungkinkan untuk dibuat dan diolah lagi menjadi pola baru.
Bermain dengan looping (pola-pola yang diulang) dan layering (cara untuk membaurkan atau mencampurkan) setiap elemen yang berbeda supaya menempati ruang atau frekuensi dengan kualitas yang sama. Dengan kata lain, layering adalah tentang mengabungkan elemen dan komponen berbeda ke dalam sebuah aransemen.
Kita mengenal teknik yang digunakannya dengan istilah kolase dimana beberapa fragmen atau bahan lainnya –biasanya kertas- diatur pada sebuah permukaan.
Di sisi lain, Adi juga berkarya di ruang publik, dia dikenal dengan karakternya; manusia yang diberi nama Anna dan Tommy atau hidung berwarna pink. Character adalah istilah dalam dunia graffiti yang dimaknai sebagai sebuah figur yang menjadi signature seorang seniman.
Karakter biasanya digunakan dan berelasi untuk merespon sebuah ruang, benda atau isu dimana dia ditempatkan. Adi membangun dan mengolah karyanya dari bentuk yang dia kenali lewat ingatan dan pengalaman personalnya, akan tetapi karyanya juga mengajak penonton ikut menarasikan pemahamannya atas karakter dan identitas sebuah ruang.
Kita bisa dengan kasat mata melihat bagaimana repetisi pola-pola tertuang, tumpukan elemen yang disusun, dan cerita yang tersirat lewat karyanya. Pameran ini memperlihatkan bagaimana seorang seniman merakit beberapa disiplin atau pengetahuan tertentu, menjadi sebuah karya atau respon untuk menguji batas-batas kerja artistik tentang bagaimana memproduksi karyanya.
Bagi Adi, setiap disiplin memungkinkan dia untuk membangun dunianya dengan caranya sendiri.
- Riksa Afiaty